Pages

Senin, 18 April 2016

Sudah Cukup Baikkah?

Kamu. Iya kamu, kamu baik.
Aku Baik. Dia Baik. Semua Baik.

Sudah cukupkah?

kita semua punya peran di dunia ini, bagi diri kita sendiri, bagi keluarga, teman, lingkungan masyarakat, Indonesia, bahkan dunia.
Sebutkan saja satu per satu sampai halaman A4 itu penuh.

Kita semua punya lebih dari satu peran. Dan, sudah cukup baikkah kita menjalankan peran-peran kita.
Aku, bukan kamu. Kita berbeda pun begitu peran kita.
Aku punya peranku, kamu dengan peranmu.
Aku dengan caraku, kamu punya caramu.

Tapi siapa yang baik, cukup baik, paling baik?

Berkaca sajalah... Tak usah pandang sana sini untuk membandingkan peran kita masing-masing.
Disini, #tunjuk hati (sebutan kaprah untuk jantung)
Ada Allah Yang Maha Adil menilai dan Maha Mengetahui siapa hamba-Nya yang baik.

Tugas kita hanya one and only mencoba. Just keep trying..
Mencoba menjadi lebih baik, dan terus lebih baik dari yang lalu. Atau hanya diam dan tak mendapat pembelajaran apapun. Dan mungkin terlalu sombong untuk melihat ke masa lalu untuk mengakui kesalahan dan memperbaiki "kini" yang telah berbeda.

Atau tidak? Kita hanya menjadi robot yang mengucap salam setiap pagi dengan cara yang sama, dengan nada yang sama, tanpa koreksi. Disitulah kita menjadi bodoh dan merugi.
Dan disitulah seharusnya kita sadar untuk MERASA CUKUP itu hanya untuk mereka yang "kurang".
karena merasa sudah cukup baik adalah untuk mereka yang tinggi hati dan tak mau memperbaiki diri menjadi lebih baik.


MenyelabelajarUTS

Senin, 04 April 2016

Pejuang ISTIQOMAH

Katanya . . .
Selalu ada kesempatan bagi mereka yang terus berusaha mencoba menjadi baik. Tapi tak sedikit yang berkata sulit.

Nyatanya terjadi seperti itu.
Dengan nama samaran mawar. Siapa yang tau mawar yang tumbuh dari putik kecil, tumbuh di lingkungan asri bisa mekar dengan sempurna merah atau menjadi kecoklatan dan rapuh tersengat matahari.
Siapa yang bisa menjamin bahwa dengan diam dan berharap hujan turun seperti hidayah layaknya, bisa memastikan mawar kecil itu tumbuh dewasa menjadi bunga cantik yang selakunya indah sebagai bunga untuk dipandang.

Dunia begitu cepat berputar. Pun dengan lingkungan di sekitarnya. Pekarangan asri tempatnya tumbuh kini tak lagi hijau. Banyak polusi, Banyak hal kotor bertebaran di sekelilingnya.

Dan kisahnya pun tak seperti yang sebelumnya terbayangkan. Mekarnya tak mulus.
Banyak hal yang dilalui. Mawar tumbuh. Bukan lagi sebagai bunga mawar biasa. Sebut saja dia Wonder Mawar. Tumbuh di pekarangan rumah. Dan mekar di Ibukota.

Wonder Mawar

"Ah, pasti sukses di kota... Banyak duitnya."
"Ati-ati loh di kota, nanti kalo sembarangan kamu rusak."
"Berjuang banget pasti ya di sana, cari duit susah."

"Bawa mobil keren ya pulangnya...."

"Kapan #&%^%#% ?"
"Kapan )*(_+?"

Ah. Apalah arti celotehan mereka. Wonder Mawar tumbuh menjadi gadis. Gadis lugu yang belum tercemar polusi ibukota.
Singgah disana, singgah sini. Banyak hal yang dipelajari, diresapi, dipraktekan. Banyak hal baik, tak sedikit yang buruk. Masa lalu manis pahit jadi bekal di tempat baru. 

Tuntutan baru hadir. mengharuskannya bisa ini itu. Multitasking kalau bahasa kekiniannya. Siapa yang tau itu jadi gemblengan hebat baginya?

Biarlah berputar. seperti cerita ini yang tak menemukan ujung dan melompat kesana kemari.

Sampai suatu saat dia menemukan cahaya di puncak yang dingin jauh dari lampu kota. Dia tau dan yakin itu benar. dia memcoba menggemgamnya erat. Tak butuh lama. Hembusan angin di kota disertai debu sedikit demi sedikit mengotorinya lagi. Bersihkan lagi. temukan hal baru lagi. Pegang teguh. Kotor lagi. 

Hujan. Melunturkan semua debunya.
Bertubi-tubi seperti itu.

 Seperti urat lelahnya terputus. aaahhh... kurasa Tuhan pun heran melihatnya yang tak kunjung bersih seutuhnya. Ya.... fitrahnya manusia..

Tapi kedua kalinya terucap. Mungkin urat lelahnya terputus. Selalu bersyukur setiap hari bisa kembali terbangun dan diberi kesempatan untuk kembali memperbaiki diri. Gadis lugu itu kini tak lagi kecil. Gadis dewasa yang penuh dengan corak. terus berjuang mengistiqomahkan yang baik.

proses memang panjang. tapi..
siapa yang tau kau masih bisa berproses esok hari??

hahahhaaha Siapa manusia yang bisa menjamin itu untuknya?

Adakah? Katakan... Siapa dia? Biar kudatangi dan kupotret dalam memory. Siapa tau bisa mengobati sakitnya gagal istiqomah.


#PejuangISTIQOMAH

#coretiseng