TUGAS
PANCASILA
IMPLEMENTASI
SILA KEDUA DAN SILA KETIGA DALAM PANCASILA
DOSEN :
UDJIANI HATININGRUM,SH, M.Si
NAMA :
RANI DIAH SEPTI ASTUTI (43113210022)
Universitas
Mercu Buana Kampus D Bekasi
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
S1
Manajemen
IMPLEMENTASI
SILA KEDUA DALAM PANCASILA
KEMANUSIAAN
YANG ADIL DAN BERADAB
CONTOH 1: Kasus Dokter Ayu
Dinilai Kasus Kemanusiaan
Metrotvnews.com, Jakarta: Aksi dokter di Bundaran
Indonesia bukan sekadar aksi solidaritas, tapi juga kemanusiaan. Demikian dikatakan
juru bicara Dokter Indonesia Bersatu (DIB) Agung Sapta Adi dalam konfrensi pers
di Sabang, Jakarta Pusat, Rabu (2711).
Ia menjelaskan, selama ini, baik
masyarakat bahkan hakim Mahkamah Agung salah menilai kasus Dewa Ayu Sasiary
Prawari, Hendry Simanjuntak, dan Hendy Siagian. Ini bukan bukan kasus
malapraktik, melainkan kejadian yang tak bisa diprediksi.
"Setelah visum dan
pertimbangan ahli, itu diketahui adanya emboli udara di bilik kanan jantung,
yang terjadinya emboli tidak bisa diprediksi. Tapi kok MA bisa memutuskan ini
malapraktik dan ditindak pidana," terang dia.
Kasasi yang diajukan keluarga
korban ke MA menjadikan Ayu, Hendry, dan Hendi harus dipenjara selama 10 bulan.
Ini yang lalu diributkan ratusan dokter. Pasalnya, di kemudian hari, bila ada
kejadian serupa, dokter bisa di tindak pidana oleh keluarga pasien.
"Ini namanya
mengkriminalisasi profesi dokter. Kalau nanti keluarga meninggal yang
disalahkan dokter. Bisa aja nanti kita melakukan defensive medicine,"
tambah Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Frizar
Irmansyah.
Defensive Medicine adalah
penolakan yang dilakukan dokter jika dianggap tidak dapat menanggani atau
berbahaya bagi keselamatan dokter. Ia juga menjelaskan hal ini justru nantinya
malah akan merugikan masyarakat.
"Sekarang siapa yang mau
menerima pasien yang sedang kritis dan kemungkinan akan meninggal? Kalau nanti
akhirnya bisa berakhir di penjara. Mending pasiennya mati daripada kita di
penjara," tutupnya.
CONTOH
2: Demi Rasa Kemanusiaan, Polisi Cabut Status Tersangka Ninik & Tutup
Kasus
Banyumas - Polres Banyumas menghentikan kasus Ninik
Setyowati. Ibu dua anak ini menjadi tersangka atas kematian anaknya Kumaratih
Sekar Hanifah (11) yang terjatuh dan terlindas truk hingga tewas.
Penghentian kasus tersebut berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak, keadilan dan rasa kemanusiaan.
"Atas dasar kesepakatan dan rasa kemanusiaan
kedua belah pihak maka Polres Banyumas tidak akan melakukan pemberkasan,"
kata Kapolres Banyumas, AKBP Dwiyono kepada wartawan di Mapolres Banyumas,
Jalan Letjend Pol R Soemarto, Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu (26/1/2013).
Memurut dia, Polri dalam melakukan pemeriksaan
terhadap Ninink atas dorongn dari suaminya yang meminta kepastian hukum,
penyidik juga memiliki hati nurani memikirkan kondisi dari ibu Ninik. Kami juga
menyarankan agar kondisi ibu Ninik sehat karena masih dalam perawatan.
"Saya juga pernah langsung nengok ke rumah
terkait simpati kami selaku Kapolres," sambungnya.
Menurut Kapolres, pada 9 Januari 2013 suami Ninik
tetap meminta agar dilakukan pemeriksaan agar ada kepastian hukum. Penyidik
tidak langsung melakukan penyidikan tapi introgasi, dalam introgasi tersebut
keterangan ibu Ninik malah memberatkan dirinya.
"Konstruksi hukum kelalaian ada pada pengendara
sepeda motor. Didorong kepastian hukum, Polres melakukan secara berita acara
pemeriksaan," ujarnya
IMPLEMENTASI SILA KETIGA DALAM PANCASILA
PERSATUAN INDONESIA
CONTOH 1: TNI
Serang Pos Brimob di Perbatasan Timor Leste
radarsukabumi.com. NTT- Gesekan
antara anggota TNI dan Polri (Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif Linud 503/MK dengan
Satbrimodda NTT, kembali terjadi Kamis (9/5), sekitar pukul 17.30 Wita.
Kejadian itu diduga karena salah paham antara dua instansi yang bertugas
menjaga dan mengamankan perbatasan RI-RDTL, di Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi
Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Penyerangan pihak TNI terhadap empat anggota Brimob Haumeni Ana,
dipicu akibat penyampaian informasi seorang sopir angkutan pendesaan (Angdes)
yang diketahui bernama Marsel, kepada pihak TNI, bahwa barang angkutannya
ditahan, dan dirinya dianiaya anggota pospol yang sementara menjalankan tugas.
Marsel juga mengadu ke anggota TNI, jika anggota Satbrimobda menyampaikan
beberapa pesan bernada menantang pihak TNI. Danpos Satbrimobda, Roberto Alves
mengisahkan, kehadiran belasan anggota TNI dengan mengendarai sebuah mikrolet
itu, tanpa konfirmasi. Mereka langsung melakukan penyerangan dengan melempari
anggota Satbrimobda serta pospol dengan batu. Akibatnya, salah satu anggota
Brimob, Bripka Abdon Gati, mengalami luka serius di tulang belakang sebelah
kiri. Selain itu, kaca jendela dan pintu Pos Polisi Haumeni Ana juga tidak
luput dari amukan anggota TNI.
“Sesuai rencana, sore tadi (petang kemarin-Red), kami hendak
berkoordinasi dengan pihak TNI, terkait laporan masyarakat yang mengatakan kami
menantang pihak TNI. Kami dilaporkan ke pihak TNI, telah menahan barang
masyarakat dan memukul sopir. Kami juga diadukan sopir itu ke pihak TNI, dengan
mengatakan, kami menantang anggota TNI dan menunggu kedatangan mereka.
Pengaduan tersebut sangat tidak benar. Buktinya, kami diserang anggota TNI yang
datang mempersenjatai diri lengkap dengan senjata, sangkur dan batu,” kata
Roberto.
Dia mengaku, saat anggota pos polisi melakukan operasi dan
menangkap tangan sejumlah kebutuhan rumah tangga, berupa 12 dos deterjen, tiga
karung besar berisi gayung dan bokor. Barang-barang tersebut milik masyarakat
Haumeni Ana, dan ditangkap saat masih berada dalam wilayah NKRI. Saat ditanyai
barang-barang tersebut akan dibawa kemana, papar Roberto, pemilik barang yang
adalah warga Desa Haumeni Ana itu, mengaku akan dijual di kios mereka. Namun
setelah ditelusuri, ternyata mereka tidak mempunyai kios. Karena itu,
barang-barang tersebut ditahan. Mendapat informasi itu, Kapolres TTU, AKBP I
Gede Mega Suparwitha bersama anggotanya langsung mendatangi TKP di Haumeni Ana.
Sempat terjadi
perdamaian antara dua pihak yang bertikai. Perdamaian diakhiri dengan
perjanjian, pihak TNI akan bertanggungjawab atas semua kerusakan itu.
Kapolres I Gede Mega Suparwitha menambahkan, insiden itu hanya
sebatas kesalahpahaman saja. “Jadi, itu hanya miskomunikasi saja. Miskomunikasi
itu ternyata sudah diselesaikan melalui azas musyawarah mufakat antara pihak
TNI dan Satbrimobda yang ada di perbatasan,” kata I Gede mengulangi
pernyataannya. Dia membenarkan, jika informasi yang disampaikan masyarakat saat
itu sifatnya memanas-manasi, sehingga terjadi miskomunikasi.
CONTOH 2: TNI
AL perketat pengamanan perbatasan
Sindonews.com - Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Angkatan Laut, Laksamana TNI Marsetio mengakui bahwa saat ini konflik antar
negara di wilayah perbatasan perairan sudah semakin sering terjadi.
"Potensi
konflik dunia ke depan, yaitu soal wilayah perbatasan," kata Marsetio di
Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2013).
Untuk itu,
Marsetio mengaku bahwa pihak TNI AL sudah melakukan operasi pada setiap wilayah
masing-masing, yang sesuai dengan persepsi hukum dari masing-masing wilayah.
"Kami
sudah menggelar operasi pada wilayah masing-masing sesuai dengan persepsi hukum
masing-masing negara," papar Marsetio.
Namun,
Marsetio pun mengakui bahwa sampai saat ini konflik wilayah perbatasan di laut
masih belum selesai.
"Sampai
sekarang masih belum ada yang tuntas soal perbatasan itu. Dengan India,
Singapore, Philipina," ujar Marsetio.
Untuk itu,
Marsetio mengaku bahwa pihaknya akan lebih memperkuat pasukannya, khususnya
diwilayah laut yang menjadi teritorial negara Indonesia. "Kami akan
perkuat pasukan," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar